Kamis, 01 Desember 2011

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP


Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 3, pelestarian mengandung makna tercapainya kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang serta peningkatan kemampuan tersebut. Dalam pelestarian, mempunyai dua penekanan; 1) Pelestarian dalam wujud peningkatan kualitas lingkungan, yaitu dengan menjaga kestabilan serta tanpa mengurangi kebutuhan makhluk lain. 2) Pelestarian dalam wujud memperbaiki lingkungan kepada wujudnya semula, dengan cara menghilangkan dan menjauhkanbentuk-bentuk pencemaran akan lingkungan hidup.

Hal di atas juga dijelaskan dalam UU LH Bab I pasal 1: "pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan berubahnya tatanan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkunngan menjadi kurang atau tidak dapat difungsikan lagi sesuai dengan peruntukannya." Juga sebagaimana firman Allah yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 220: "Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkas lagi Maha Bijaksana."

Hal ini akan terkendalikan apabila manusia mau berusaha menekankan segi kemanfaatan dari lingkungan alam. Dijelaskan juga dalam UU LH Nomor 4 Tahun 1982 Bab I pasal 1 ayat 2; empat sumber daya yang dapat dikelola sehingga kemanfatannya dapat dinikamati manusi; adalah manusia (sebagai manusia sosial), sumber daya hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan. Dengan demikian, SDM dan SDA yang ada harus dikembangkan, sehingga fenomena dan permasalahan yang ada dapat teratasi dengan bijak dan santun, tanpa adanya ketergesa-gesaan dan ceroboh. Selain itu, kualitas pendidikanlag yang sangat menjamin tertatanya lingkungan serta pemanfaatan dan pengembangnnya.

Selasa, 22 November 2011

NATAL : Saat untuk Memberi dan Saat untuk Menerima



"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima." Peribahasa ini secara terus-menerus diajarkan di seluruh pendidikan Kristen kita -- lebih banyak memberi daripada menerima. Barangkali, fokus utamanya adalah untuk tidak mengutamakan diri kita sendiri atau tidak menjadi penerima, karena ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa sifat alami kita pada dasarnya egois. Tampaknya, penekanan pada lebih banyak memberi dimaksudkan untuk mengimbangi keberpusatan kita pada diri sendiri, tetapi di satu sisi, hal ini bisa membingungkan. Hal ini tampaknya menimbulkan suatu keyakinan bahwa orang-orang benar seharusnya tidak menerima, kecuali memang benar-benar perlu; mereka seharusnya hanya memiliki sedikit keinginan untuk menerima, kalaupun keinginan itu ada. Hal ini membuat banyak orang Kristen mempermasalahkan boleh tidaknya menerima pujian dan hadiah-hadiah bagus lainnya yang pantas. Apabila mereka menerima, beberapa orang meyakini bahwa mereka juga harus menunjukkan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Terkadang orang-orang yang menerima sesuatu tidak melakukan dengan tulus atau melakukannya dengan disertai rasa bersalah, malu, dan tidak layak. Semuanya ini justru membatasi kebahagiaan yang diharapkan dalam menerima.
Mengapa kita memberikan kata-kata pujian atau hadiah-hadiah barang kepada orang lain? Karena kita ingin orang lain merasakan sukacita dan hal ini juga akan memberikan kebahagiaan yang sama bagi kita. Kita tentu tidak ingin orang yang menerima hadiah dari kita merasa tidak nyaman. Kita ingin mereka bahagia dan menerima pemberian kita dari hati dengan lega. Saya bertanya-tanya seberapa sering kita menerima dengan sikap seperti itu. Seberapa sering kita bisa menerima dengan lega, tanpa ada perasaan atau perkataan menggelisahkan seperti "Kamu seharusnya tidak menerimanya!" atau "Aku tidak mengizinkanmu mendapatkan hadiah" atau pemikiran yang tak terucap untuk tidak terlalu menikmati hadiah seperti orang lain?
Untuk menjadi seperti Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengalami dan menikmati baik dalam hal memberi maupun menerima. Dia juga menghendaki kita untuk hidup bahagia dan bergembira karena anugerah-anugerah-Nya yang sangat berharga. Tanpa ragu Dia mengharapkan kita untuk menerima, sama seperti Dia menerima pujian dan penyembahan kita dengan terbuka dan senang hati. Saya teringat seorang dekan di kampus saya yang memimpin kira-kira 40 mahasiswa di persekutuan yang sangat informal dan dinamis, saat kami duduk di lantai sambil membicarakan tentang kehidupan. Beberapa potong roti diedarkan dan masing-masing mengambil sebagian kecil, namun tak disangka dekan itu mengambil segenggam roti. Ketika saya menanyakan mengapa mengambil sebanyak itu, dia menjawab, "Saya ingin mendapatkan Yesus sebanyak yang bisa saya dapatkan."
Sikap menerima tanpa terpaksa, bukan hanya memberi, dari hati dan pikiran yang tulus murni harus menjadi respons konsisten kita terhadap orang-orang yang memberikan kata-kata pujian dan hadiah-hadiah barang yang berharga kepada kita. Hal ini memang benar, khususnya selama Natal ini, ketika kita mengingat Allah yang telah memberikan hadiah terbaik-Nya bagi orang-orang yang Dia kasihi, termasuk Anda.
Hati yang menerima dengan ucapan syukur itu benar adanya.

Sing a Song

Above All
ABOVE ALL POWERS, ABOVE ALL KINGS
ABOVE ALL NATURE AND ALL CREATED THINGS
ABOVE ALL WISDOM AND ALL THE WAYS OF MAN
YOU WERE HERE BEFORE THE WORLD BEGAN



ABOVE ALL KINGDOMS, ABOVE ALL THRONES
ABOVE ALL WONDERS THE WORLD HAS EVER KNOWN
ABOVE ALL WEALTH AND TREASURES OF THE EARTH
THERE'S NO WAY TO MEASURE WHAT YOU'RE WORTH


CHORUS :
CRUCIFIED, LAID BEHIND THE STONE
YOU LIVED TO DIE, REJECTED AND ALONE
LIKE A ROSE, TRAMPLED ON THE GROUND
YOU TOOK THE FALL, AND THOUGHT OF ME
ABOVE ALL 

Rabu, 02 November 2011

About me

Hi! Nama saya Hera Monica, biasanya sih dipanggil Hera sama teman-teman di smanli, tapi kalau dikeluarga manggilnya Monic, tapi kalau di SMP PSKD dipanggil Rara (banyak aja, hehhehee). Saya anak ke 3 dari 3 bersaudara, dan semuanya perempuan. pengen banget deh punya kakak laki-laki. saya berasal dari keluarga sederhana tapi pastinya bahagia dong. saya lahir di Jakarta, 04 oktober 1995. yang anehnya, saya orang batak, tapi marga saya tidak tercantum di akte kelahiran. bete deh. kata mama saya, karena waktu itu di Jakarta tidak bisa mencantumkan marga, tapi sekarang udah bisa. ngerasa ga adil deh.
Kembali ke indentitas sekolah saya, saya dari TK sampai SMP bersekolah di PSKD (bosen banget), untung aja SMA udah pindah ke smanli. hahahaa. kalau ngomongin cita-cita, hmmmm, saya pengen jadi Apoteker, tapi keluarga nyuruh jadi Dokter, secara saya takut sama jarum suntik, mayat, maupun darah. sama sekali kagak cocok jadi Dokter! TAPI namanya juga keinginan keluarga, jadi pastinya usaha dulu jadi Dokter :)
hoby saya itu banyak, salah satunya saya sangat suka membaca komik, main game, nyanyi, dll.
yang saya takutin tuh nonton "film horor", karena tuh tampang hantunya pasti bakal kebayang-bayang mulu sampai takut buat mandi plus tidur. -___-"
identitas sampai sini dulu deh, mohon undur diri ya. udah ngantri nih. wkwkwkkkk.
BYEEEE